JAJANAN ANAK-ANAK
KANDUNG ZAT BAHAYA
Bahan
makanan kita mungkin telah mengandung zat tambahan yang disengaja maupun
tidak disengaja.Yang tidak disengaja misalnya salmonella,stafilokokus,dan racun botulisme.
Demikian pula hormon dalam daging ,raksa,dan logam lainnya.Kriteria tambahan
pada makanan yang diberikan WHO ialah aman,jumlahnya standar,dan tidak menipu
pemakai.
Makanan
tambahan itu dapat diperoleh alami atau dibuat secara secara
sintesis.Kadang-kadang zat antioksidan dan pengemulsi diperlukan.Banyak
manfaatnya tetapi ada juga yang
membahayakan.
Penyedap
juga makanan tambahan.Jumlah atau macamnya banyak sekali.Umumnya berupa ester.
Banyak
jenis jajanan(makanan kecil) untuk anak-anak yang diperdagangkan di Kotamadya
Semarang diduga mengandung zat tambahan yang membahayakan bagi
kesehatan.Pernyataan itu dikeluarkan oleh Lembaga Pembinaan dan Perlindungan
Konsumen(LP2K) Semarang .
Pengurus lembaga itu,zaenal Abidin,mengatakan,dugaan
itu sesuai dengan hasil analisis atas sejumlah jenis makanan kecil yang
didapatkan melalui pengambilan contoh(sampel) di 12 lokasi dalam sembilan kecataman
di Kodya Semarang.
Zaenal
Abidin mengatakan,ada 58 contoh makanan yang biasanya disukai anak-anak usia SD
dan diuji lembaga ini,seperti es dan
jajanan baik basah maupun kering yang bisa didapat dengan mudah disetiap
tempat.
”Untuk
cita rasa biasanya para produsen menambahankan ke dalam makanan tersebut bahan
pengawet,pemanis,pewarna,dan beberapa zat yang kadang-kadang dapat membahayakan kesehatan anak-anak.”
Padahal,zat-zat
tambahan itu seharusnya tidak boleh ditambahankan pada makanan,seperti
borax,siklamat,dan beberapa zat warna yang menurut LP2K Semarang seperti Rhodamin B,Methanyl
Yellow,dan FCF untuk warna hijau.
Cara
pengujian yang dilakukan LP2k Semarang itu meliputi komposisi kimia,khususnya
untuk mengetahui pengawet yang digunakan,pemanis buatan,dan penyedap serta zat
warna.Pengujiannya dilakukan sesuai dengan ketentuan Depkes.
Menerut
hasil analisis itu,digunakan pengawet benzoat 27,58 persen dan borax 3,44 persen.Conton
makanan yang diketahui menggunakan
pengawet borax adalah bakso dan saos.
Dari
analisis itu juga diketahui bahwa semua contoh yang menggunakan pengawet
benzoat.Kadar benzoat masih memenuhi syarat yang dibolehkan Depkes.Namun,untuk
pengawet borax pada prinsipnya tidak diperbolehkan(tidak memenuhi syarat
Depkes).Borax sering pula digunakan dalam industri gelas dan pelicin porselen.
Salah
satu sampel yang digunakan untuk pengujian bahan yaitu pemanis.Sebesar
77,59 persen dari sampel menggunakan pemanis siklamat.
Siklamat
pada dasarnya hanya boleh digunakan/dikonsumsi khusus untuk penderita
diabetes(kecing manis),sedangkan untuk makanan dan minuman konsumsi anak-anak
dan bukan penderita diabetes tidak
diperbolehkan.
Selain
pengawet, pemanis buatan,dan warna(merah,hijau,kuning,biru,dan lain-lain) yang
digunakan pada makanan kecil ,setelah di uji terdapat beberapa warna yang
dilarang antara lain:Rhodamin B (43,10 persen),Methanyil Yellow(12,07 persen)
dan hijau(1,7 persen).
Berdasarkan
pengawasan lembaga ini,dari 58 sampel makanan kecil tersebut diketahui 13,79
persen menggunakan penyedap masakan vetsin(Monosodium Glutamat).
Sehubungan
dengan penelitian-penelitian tersebut,LP2K Semarang menyarankan pada para produsen
makanan kecil agar tidak menggunakan zat tambahan pemanis buatan,pewarna
sentesis dan zat-zat kimia.
”Kami
menyarankan pada produsen makanan kecil untuk konsumsi anak-anak menggunakan
pewarna dari tumbuhan seperti daun pandan untuk warna hijau,coklat dari gula
kelapa,atau dengan rempah-rempah dan bumbu dapur,”
Zat
pewarna seperti borax,seharusnya tidak digunakan untuk makanan apabila
dikonsumsi secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan
mengakibatkan usus tak mampu mengubah zat makanan untuk disalurkankan keseluruh
tubuh.
Menurut LP2K Semarang,zat-zat dan pewarna tambahan
yang ditambahkan secara tidak bertanggung jawab dapat mengakibatkan penurunan
kerja otak,sehingga anak-anak menjadi malas,sering pusing serta menurunkan kosentrasi belajar mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Soeriaatmadja,R.E
(1981),Ilmu Lingkungan,bandung:penerbit
ITB.
A.tresna satrawijaya,M.Sc. (1991). Pencemaran
lingkungan. semarang: PT Asdi Mahasatya
Kak kalau tulisan populer harus pake Daftar Pusaka?
BalasHapus