Kamis, 31 Mei 2012

Tulisan Populer


JAJANAN ANAK-ANAK KANDUNG ZAT BAHAYA
Bahan makanan kita mungkin telah mengandung zat tambahan yang disengaja maupun tidak disengaja.Yang tidak disengaja misalnya salmonella,stafilokokus,dan racun botulisme. Demikian pula hormon dalam daging ,raksa,dan logam lainnya.Kriteria tambahan pada makanan yang diberikan WHO ialah aman,jumlahnya standar,dan tidak menipu pemakai.
Makanan tambahan itu dapat diperoleh alami atau dibuat secara secara sintesis.Kadang-kadang zat antioksidan dan pengemulsi diperlukan.Banyak manfaatnya  tetapi ada juga yang membahayakan.
Penyedap juga makanan tambahan.Jumlah atau macamnya banyak sekali.Umumnya berupa ester.
Banyak jenis jajanan(makanan kecil) untuk anak-anak yang diperdagangkan di Kotamadya Semarang diduga mengandung zat tambahan yang membahayakan bagi kesehatan.Pernyataan itu dikeluarkan oleh Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen(LP2K) Semarang .
Pengurus  lembaga itu,zaenal Abidin,mengatakan,dugaan itu sesuai dengan hasil analisis atas sejumlah jenis makanan kecil yang didapatkan melalui pengambilan contoh(sampel) di 12 lokasi dalam sembilan  kecataman  di Kodya Semarang.
Zaenal Abidin mengatakan,ada 58 contoh makanan yang biasanya disukai anak-anak usia SD dan diuji lembaga ini,seperti  es dan jajanan baik basah maupun kering yang bisa didapat dengan mudah disetiap tempat.
Untuk cita rasa biasanya para produsen menambahankan ke dalam makanan tersebut bahan pengawet,pemanis,pewarna,dan beberapa zat yang kadang-kadang dapat  membahayakan kesehatan anak-anak.”
Padahal,zat-zat tambahan itu seharusnya tidak boleh ditambahankan pada makanan,seperti borax,siklamat,dan beberapa zat warna yang menurut  LP2K Semarang seperti Rhodamin B,Methanyl Yellow,dan FCF untuk warna hijau.
Cara pengujian yang dilakukan LP2k Semarang itu meliputi komposisi kimia,khususnya untuk mengetahui pengawet yang digunakan,pemanis buatan,dan penyedap serta zat warna.Pengujiannya dilakukan sesuai dengan ketentuan Depkes.
Menerut hasil analisis itu,digunakan pengawet benzoat 27,58 persen dan borax 3,44 persen.Conton makanan yang diketahui  menggunakan pengawet borax adalah bakso dan saos.
Dari analisis itu juga diketahui bahwa semua contoh yang menggunakan pengawet benzoat.Kadar benzoat masih memenuhi syarat yang dibolehkan Depkes.Namun,untuk pengawet borax pada prinsipnya tidak diperbolehkan(tidak memenuhi syarat Depkes).Borax sering pula digunakan dalam industri gelas dan pelicin porselen.
Salah satu sampel yang digunakan untuk pengujian bahan yaitu pemanis.Sebesar 77,59 persen dari sampel menggunakan pemanis siklamat.
Siklamat pada dasarnya hanya boleh digunakan/dikonsumsi khusus untuk penderita diabetes(kecing manis),sedangkan untuk makanan dan minuman konsumsi anak-anak dan  bukan penderita diabetes tidak diperbolehkan.
Selain pengawet, pemanis buatan,dan warna(merah,hijau,kuning,biru,dan lain-lain) yang digunakan pada makanan kecil ,setelah di uji terdapat beberapa warna yang dilarang antara lain:Rhodamin B (43,10 persen),Methanyil Yellow(12,07 persen) dan hijau(1,7 persen).
Berdasarkan pengawasan lembaga ini,dari 58 sampel makanan kecil tersebut diketahui 13,79 persen menggunakan penyedap masakan vetsin(Monosodium Glutamat).
Sehubungan dengan penelitian-penelitian tersebut,LP2K Semarang menyarankan pada para produsen makanan kecil agar tidak menggunakan zat tambahan pemanis buatan,pewarna sentesis dan zat-zat kimia.
”Kami menyarankan pada produsen makanan kecil untuk konsumsi anak-anak menggunakan pewarna dari tumbuhan seperti daun pandan untuk warna hijau,coklat dari gula kelapa,atau dengan rempah-rempah dan bumbu dapur,”
Zat pewarna seperti borax,seharusnya tidak digunakan untuk makanan apabila dikonsumsi secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan mengakibatkan usus tak mampu mengubah zat makanan untuk disalurkankan keseluruh tubuh.
Menurut  LP2K Semarang,zat-zat dan pewarna tambahan yang ditambahkan secara tidak bertanggung jawab dapat mengakibatkan penurunan kerja otak,sehingga anak-anak menjadi malas,sering pusing serta  menurunkan kosentrasi belajar mereka.

 
















DAFTAR PUSTAKA

Soeriaatmadja,R.E (1981),Ilmu Lingkungan,bandung:penerbit  ITB.

 

A.tresna satrawijaya,M.Sc. (1991). Pencemaran lingkungan. semarang: PT Asdi Mahasatya















Jumat, 25 Mei 2012

Cerobong Asap


A.    Definisi Cerobong Asap
Cerobong asap adalah struktur untuk ventilasi panas gas buang atau asap dari boiler, kompor, tungku atau perapian ke luar atmosfer. Cerobong asap biasanya vertikal untuk aliran gas lancar menarik udara ke dalam pembakaran. Ruang di dalam cerobong asap disebut asap. Cerobong asap dapat ditemukan pada bangunan, lokomotif uap dan kapal di Amerika Serikat.

B.     Fungsi Cerobong Asap
Adapun fungsi cerobong asap adalah untuk meningkatkan menarik udara, untuk pembakaran dan untuk membubarkan polutan dalam gas buang di wilayah yang lebih besar sehingga mengurangi konsentrasi polutan sesuai dengan batasan peraturan atau lainnya.
C.                Accessoris Cerobong Asap
1.      Konstruksi
Karena kemampuan yang terbatas bata untuk menangani beban melintang, cerobong asap di rumah sering dibangun dalam sebuah "stack", dengan perapian di setiap lantai rumah berbagi cerobong tunggal, sering dengan seperti stack di bagian depan dan belakang rumah. Hari pusat pemanas sistem telah membuat penempatan cerobong kurang penting, dan penggunaan gas non-struktural pipa ventilasi memungkinkan saluran gas buang untuk diinstal sekitar hambatan dan melalui dinding.
Bahkan, banyak efisiensi tinggi modern alat-alat pemanas tidak memerlukan cerobong asap. peralatan tersebut biasanya dipasang dekat dinding luar, dan dinding bidal noncombustible memungkinkan pipa ventilasi untuk dijalankan secara langsung melalui dinding luar.
Cerobong asap industri yang sering disebut sebagai tumpukan gas buang dan biasanya struktur eksternal, sebagai lawan sedang dibangun ke dalam dinding bangunan. Mereka umumnya terletak berdekatan dengan sebuah ketel uap yang menghasilkan atau tungku industri dan gas dilakukan untuk itu membutuhkan saluran kerja. Saat ini penggunaan bertulang beton telah hampir seluruhnya diganti batu bata sebagai struktural komponen dalam pembangunan cerobong asap industri. Refractory batu bata yang sering digunakan sebagai alas, terutama jika jenis bahan bakar yang dibakar menghasilkan gas buang yang mengandung asam. cerobong asap industri modern kadang-kadang terdiri dari beton kaca depan dengan sejumlah flues di dalam.
300 meter cerobong asap di Sasol Tiga terdiri dari kaca depan dengan diameter 26 meter dengan empat 4,6 beton diameter flues meter yang dilapisi dengan bata tahan api dibangun di cincin corbels berjarak pada interval 10 meter. Beton bertulang dapat dicetak oleh bekisting konvensional atau bekisting geser. tinggi adalah untuk memastikan polutan tersebar di wilayah yang lebih luas untuk memenuhi persyaratan legislatif atau keselamatan.
2.      Pot Cerobong
Sebuah panci cerobong asap ditempatkan di atas cerobong untuk murah memperpanjang panjang cerobong, dan untuk memperbaiki rancangan cerobong itu. Sebuah cerobong dengan lebih dari satu panci di atas ini menunjukkan bahwa ada lebih dari satu perapian di lantai yang berbeda berbagi cerobong asap.
Sebuah cerobong biarawan ditempatkan di atas cerobong asap untuk mencegah burung dan tupai dari bersarang di cerobong asap. Mereka sering menampilkan penjaga hujan terus turun hujan dari cerobong asap. Sebuah mesh kawat logam sering digunakan sebagai spark arrestor untuk meminimalkan puing-puing terbakar dari meningkatnya keluar dari cerobong asap dan membuatnya ke atapMeskipun batu di dalam cerobong dapat menyerap sejumlah besar air yang kemudian menguap, air hujan dapat mengumpulkan di dasar cerobong asap. Kadang-kadang menangis lubang ditempatkan di bagian bawah cerobong untuk mengalirkan keluar air yang dikumpulkan.
Seorang biarawan cerobong atau angin tutup directional tutup cerobong berbentuk helm yang berputar untuk menyesuaikan dengan angin dan mencegah backdraft asap dan angin kembali ke cerobong asap.
An-gaya topi H (kerudung) adalah puncak cerobong asap yang dibangun dari pipa cerobong berbentuk seperti huruf H. Ini adalah metode usia tua untuk mengatur rancangan dalam situasi di mana angin yang berlaku atau turbulen menyebabkan down draft dan backpuffingMeskipun topi H memiliki keunggulan khas atas downdraft topi lainnya, itu jatuh dari nikmat karena terlihat besar tersebut. Hal ini ditemukan terutama digunakan laut tetapi telah mendapatkan popularitas lagi karena fungsi hemat energi. H-topi menstabilkan draft dan bukan meningkatkannya. Lain topi draft bawah didasarkan pada efek Venturi , memecahkan masalah downdraft dengan meningkatkan draft Facebook terus-menerus mengakibatkan konsumsi bahan bakar yang lebih tinggi banyak.
Sebuah damper cerobong asap adalah musim semi logam pintu ditempatkan di bagian atas cerobong dengan rantai besi panjang yang memungkinkan Anda untuk membuka dan menutup cerobong asap dari perapian.
Pada akhir Abad Pertengahan di Eropa Barat desain gagak-melangkah Gables muncul untuk memungkinkan akses pemeliharaan ke puncak cerobong asap, terutama untuk struktur tinggi seperti benteng dan besar rumah-rumah bangsawan .

3.      Draft Cerobong Atau Draft
Tumpukan efek dalam cerobong asap: merupakan alat pengukur tekanan udara mutlak dan aliran udara yang ditandai dengan panah abu-abu terang Memanggil mengukur bergerak searah jarum jam dengan meningkatnya tekanan.
Bila batu bara, minyak, gas alam, kayu atau bahan bakar lainnya dibakar dalam kompor, oven, perapian, boiler air panas atau tungku industri, gas-gas produk panas pembakaran yang terbentuk disebut gas buang Mereka umumnya habis gas ke udara ambien luar melalui cerobong asap atau industri tumpukan gas buang (kadang-kadang disebut sebagai cerobong asap).
Gas buang pembakaran dalam cerobong atau tumpukan jauh lebih panas dari luar udara ambien dan karenanya kurang padat dibandingkan udara ambien. Yang menyebabkan bagian bawah kolom vertikal gas buang panas untuk memiliki yang lebih rendah tekanan dari tekanan di bagian bawah kolom yang sesuai dari udara luar. Bahwa tekanan tinggi di luar cerobong asap adalah kekuatan pendorong yang menggerakkan udara pembakaran yang diperlukan ke dalam zona pembakaran dan juga bergerak gas buang dan keluar dari cerobong asap. Bahwa gerakan atau aliran udara pembakaran dan gas buang disebut "natural draft / konsep", "ventilasi alami" , "efek cerobong asap", atau "efek stack". Yang lebih tinggi tumpukan, semakin draft atau rancangan yang dibuat. Ada dapat kasus hasil yang menurun: jika tumpukan terlalu tinggi dalam hubungannya dengan panas yang dikirim keluar dari stack, gas buang dapat dingin sebelum mencapai puncak cerobong asap. Kondisi ini dapat mengakibatkan penyusunan miskin, dan dalam hal peralatan pembakaran kayu, pendinginan gas sebelum keluar dari cerobong asap dapat menyebabkan kreosot untuk menyingkat dekat bagian atas cerobong asap. kreosot bisa membatasi keluar gas buang dan dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
Merancang cerobong asap dan tumpukan untuk memberikan jumlah yang benar natural draft atau rancangan melibatkan faktor desain nomor, banyak yang memerlukan metode trial-and-error yg berulang-ulang.
Sebagai yang pertama kira "pendekatan", persamaan berikut dapat digunakan untuk memperkirakan rancangan alam / draft laju alir dengan mengasumsikan bahwa massa molekul (yaitu, berat molekul) dari gas buang dan udara eksternal adalah sama dan bahwa tekanan gesekan dan kerugian panas dapat diabaikan:



Q
dimana:

Q
= Draft cerobong / draft laju alir, m³ / s
A
= Cross-sectional area cerobong, m² (asumsi memiliki silang konstan-bagian)
C
= Koefisien debit (biasanya dianggap 0,65-0,70)
g
= percepatan gravitasi , 9,807 m / s ²
H
= Tinggi cerobong, m
T i
= Rata-rata suhu di dalam cerobong asap, K
T e
= Temperatur udara luar, K.

Selasa, 22 Mei 2012

Penyakit Diare


BAB  1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Pancasila dan Undang-Undang 1945.
Pembangunan di bidang kesehatan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dengan tujuan tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat yang optimal,sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Visi bangsa Indonesia untuk mempercepat terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat,bangsa Indonesia mencanangkan cita-cita Indonesia Sehat  2010 antara lain programnya adalah pemberantasan penyakit menular yang salah satunya adalah penyakit diare.Berbagai upaya kesehatan berupa peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) dilaksanakan secara utuh,menyeluruh dan berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat (Depkes RI,1999).
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.Faktor-faktor risiko yang menimbulkan diare antara lain sarana air bersih yang tidak memenuhi  syarat,pembuangan tinja (termasuk tinja bayi) yang tidak memenuhi syarat serta penggelolaan sampah yang merupakan tempat hidup mikroorganisme pathogen.Faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman,maka dapt menimbulkan kejadian penyakit diare (DirjenPPMN-PLP,2000).
Hasil survei awal dilapangan kasus diare pada tahun 2008 di Kabupaten Sambas terjadi 12.961 kasus pada semua golongan umur (23 per 1000 penduduk).Sedangkan angka kesakitan diare tertinggi berada di Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat yaitu sebesar 61 per 1000 penduduk pada tahun 2008.Kejadian diare pada tahun 2008 di Desa Parit Baru tertinggi berada di RW 1 dengan angka kesakitan sebesar 250 per 1000 penduduk.
Dari sepuluh penyakit besar di Puskesmas Parit Baru penyakit diare menepati urutan ke lima.Berdasarkan data tersebut,serta beberapa faktor risiko diare maka terdapat indikasi masalah diare terkait dengan faktor-faktor risiko di wilayah kerja Parit baru,sehingga perlu dilakukan pendekatan pemecahan masalah untuk mengurangi angka kesakitan tersebut antara lain perlunya diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya diare di Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas penulis merasa perlu dilakukannya suatu penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di Desa Parit Baru Kecamtan Pemangkat.
1.2  Perumusan Masalah
Berdasarkan data kesakitan diare di Kabupaten Sambas kasus tertinggi diketemukan di Desa Parit Baru dan RW 1 merupakan lokasi terjadinya kasus tertinggi.Agar pemecahan masalah lebih efektif maka diperlukan informasi faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian diare,oleh karena itu peneliti merumuskan masalah,yaitu”apakah ada hubungan antara penyediaan air besih,tinja,sampah,perilaku masyarakat serta pengetahuan dengan kejadian diare di RW 1desa Parit baru Kecamatan Pemangkat ?”
1.3  Pertanyaan Penelitian
Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.    Apakah ada hubungan antara penyediaan air minum/bersih dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat?
2.    Apakah ada hubungan antara pembuangan tinja dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat?
3.    Apakah ada hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit  Baru Kecamtan Pemangkat?
4.    Apakah ada hubungan antara perilaku masyarakat dengan kejadian diare di Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat?
5.    Apakah ada hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat?
1.4  Tujuan Peneliti
Tujuan dari peneliti ini adalah:
1.4.1 Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat Wilayah Kerja Puskesmas Parit Baru.
1.4.2  Tujuan Khusus
1.      Mengetahui hubungan antara penyediaan air minum/bersih dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat.
2.      Mengetahui hubungan antara pembuangan tinja dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat.
3.      Mengetahui hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat.
4.       Mengetahui hubungan antara perilaku masyarakat dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat.
5.      Mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat.


1.5  Manfaat peneliti
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.      Peneliti : Dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang penyakit Diare dan proses penelitian memperoleh gambaran dari hubungan perilaku masyarakat di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas terhadap kejadian Diare.
2.      Puskesmas : Dapat membantu Puskesmas dalam menurunkan jumlah kasus penderita Diare melalui data dan informasi yang diperoleh mengenai perilaku masyarakat terhadap kejadian diare,sehingga dapat menjadi perhatian serius bagi Puskesmas dalam usaha pencegahan diare dan pengembangan sasaran peleyanan kesehatan masyarakat di masa mendatang.
3.      Masyarakat : Penelitian diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memperoleh pengetahuan tentang penyakit Diare,salah satunya melalui penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di RW 1 Desa Parit Baru agar masyarakat dapat mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dan informasi yang diperolehnya kepada semua masyarakat mengenai perilaku yang sehat untuk tujuan pencegahan penyakit Diare.
1.6  Ruang Lingkup
1.      Lingkup Keilmuan
Ruang lingkup keilmuan ini adalah Ilmu Kesehatan Lingkungan.
2.      Lingkup Materi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di RW 1 Desa Parit Baru Wilayah Kerja Puskesmas Parit baru.
3.      Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di RW 1 Desa Parit Baru Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas tahun 2008